Sabtu, 04 April 2015

Persepsi dalam Perspektif Psikologi Islam

TUGAS KELOMPOK
PERSEPSI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM
Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi Islam
Dosen Pengampu: Siti Muzdalifah,




Disusun oleh:
1.      Rina Yuliana                            (1310110129)
2.      Muhammad Fakhruddin          (1310110135)
3.      Elia Khoirun Nisa’                   (1310110149)
4.      Filia Lutfiana                           (1310110155)
5.      Nur Solichin                            (1310110156)

 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/D-PAI
SEPTEMBER 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, yang dimana stimulus tersebut akan diteruskan dan diproses dalam otak kita dalam proses pembentukan persepsi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan kata “persepsi”. Tetapi apakah kita mengetahui apa makna sesungguhnya persepsi itu? Ada yang mengatakan bahwa persepsi adalah pendapat, pikiran, pemahaman, dan penafsiran. Namun untuk lebih jelasnya mengenai apa itu persepsi, pada kesempatan ini kami akan membahas  mengenai “Persepsi dalam Perspektif Psikologi Islam”.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian persepsi?
2.      Apa hakekat persepsi itu?
3.      Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi?
4.      Bagaimana persepsi dalam perspektif psikologi Islam?

C.      TUJUAN MASALAH
1.      Mengetahui pengertian persepsi
2.      Mengetahui hakekat persepsi
3.      Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi
4.      Mengetahui persepsi dalam perspektif psikologi Islam



BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN PERSEPSI
Definisi tentang persepsi dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun definisi yang diberikan oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal berasal dari kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil.[1] Dalam bukunya berjudul Psikologi Umum, Rosleny Marliany, M.Si. menyatakan bahwa dalam bahasa inggris, persepsi adalah perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspon melalui panca indera, daya ingat, dan daya jiwa.[2]
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006:358).[3]
Menurut Morgan, persepsi adalah cara individu melihat dunia; mendengar, merasakan, mengecap atau mencium. Dengan kata lain persepsi dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang dialami individu.
Lain halnya mengenai pengertian persepsi menurut Prof. Dr. Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul Pengantar Psikologi Umum, beliau mengatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957). Stimulus yang diindera tersebut kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi.[4]
Ciri-ciri persepsi adalah:
1.      Proses pengorganisasian berbagai pengalaman
2.      Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
3.      Proses pemilihan informasi
4.      Proses teorisasi dan rasionalisasi
5.      Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
6.      Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
7.      Melakukan penyimpulan dtau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang membentuk wujud persepsi individu.[5]

Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung dan diinterpretasikan oleh system syaraf otak.[6]

B.       HAKEKAT PERSEPSI
a.        Persepsi Merupakan Kemampuan Kognitif
Persepsi banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi, seseorang telah menentukan apa yang akan diperhatikan. Semakin besar perhatian seseorang, maka orang tersebut akan memperoleh makna dari sesuatu yang dia perhatikan yang kemudian dihubungkan dengan pengalaman.[7]
b.        Peran Atensi dalam Persepsi
Atensi adalah pemusatan pada aspek-aspek tertentu dari pengalaman yang sedang terjadi dan tidak menghiraukan yang lain (Morgan, 1981). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para psikolog, diajukan pendapat bahwa atensi selalu aktif pada waktu-waktu tertentu, yaitu ketika menerima masukan dari dugaan indera, kemudian ketika harus memilih dan menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan respons terhadap rangsangan tersebut.

C.      PROSES TERJADINYA PERSEPSI
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba.[8]
Adapun objek persepsi sangat banyak, tidak terbatas pada hal-hal tertentu saja melainkan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sendiri pun dapat menjadi objek persepsi.[9]

D.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Persepsi bersifat lebih psikologis daripada proses pengindraan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
a.         Perhatian yang Selektif
Individu menerima banyak sekali stimulus dari lingkungannya. Tetapi individu tidak harus menanggapi semua stimulus yang diterimanya. Untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada stimulus tertentu saja.
b.        Ciri-ciri Rangsang
Stimulus yang bergerak akan lebih menarik perhatian dari stimulus yang diam. Demikian juga stimulus yang paling besar di antara stimulus yang kecil; yang kontras  dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya yang paling kuat.
c.         Nilai dan Kebutuhan Individu
Setiap orang mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dalam mengamati sesuatu. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat uang koin lebih besar daripada anak-anak dari golongan ekonomi tinggi.
d.        Pengalaman Dahulu
Pengalaman masa lalu sangat memengaruhi seseorang dalam mempersepsi dunianya. Komputer sudah menjadi barang yang biasa bagi kita tetapi belum tentu bagi orang yang berada di pulau yang sangat terpencil atau orang yang berada di pedalaman.

E.       PERSEPSI DALAM ISLAM
Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan  diberikan  berbagai  macam  keistimewaan  yang  salah  satunya  adalah  proses  dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya.
Dalam  bahasa  Al-Qur’an,  beberapa  proses  dan  fungsi  persepsi  dimulai  dari  proses penciptaan.  Dalam  QS.  Al-Mukminun  ayat  12-24,  disebutkan  proses  penciptaan  manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan bersamaan.[10]
Proses  persepsi  didahului  dengan  proses  penerimaan  stimulus  pada  reseptor,  yaitu  indera. Fungsi  indera  manusia  sendiri  tidak  langsung  berfungsi  setelah  ia  lahir,  akan  tetapi  ia  akan berfungsi sejalan dengan perkembangan fisiknya. Sehingga ia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh eksternal  yang  baru dan mengandung perasaan-perasaan  yang akhirnya membentuk persepsi dan pengetahuannya terhadap alam luar.[11]
Alat  indera  yang  dimiliki  oleh  manusia  berjumlah  lima  macam  yang  bisa  disebut  dengan panca  indera.  Panca  indera  merupakan  suatu  alat  yang  berperan  penting  dalam  melakukan persepsi, karena dengan panca indera inilah individu dapat memahami informasi menjadi sesuatu yang bermakna.
Proses  persepsi dilalui dengan proses penerimaan stimulus pada reseptor yaitu  indera, yang tidak  langsung  berfungsi  setelah  dia  lahir,  tetapi  akan  berfungsi  sejalan  dengan  perkembangan fisiknya.[12] Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang maknanya berkaitan dengan panca indera yang dimiliki manusia, antara lain dalam QS. An-Nahl ayat 78 dan As-Sajdah ayat 9, yaitu :
وَٱللهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصٰرَ وَٱلْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْڪُرُوْنَ ﴿۶۸﴾
Artinya:  “Dan  Allah  mengeluarkan  kamu  dari  perut  ibumu  dalam  Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl ayat 78)
ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصٰرَ وَٱلْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيْلاً مَّا تَشْكـــُــــــــرُونَ ﴿۹﴾
Artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Qs. As-Sajadah ayat 9)
Ayat  tersebut  memberikan  gambaran  bahwa  manusia  dilahirkan  dengan  tidak  mengetahui sesuatu  apapun,  maka  Allah  melengkapi  manusia  dengan  alat  indera  untuk  manusia  sehingga manusia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh luar yang baru dan mengandung perasaan-perasaan yang berbeda sifatnya antara satu dengan yang lainnya. Dengan alat  indera  tersebut,  manusia  akan  mengenali  lingkungannya  dan  hidup  di  dalam lingkungan tersebut.
Kemudian,  ada  beberapa  ayat  di  bawah  ini  mewakili  tentang  panca  indera  yang  berperan dalam proses persepsi, antara lain:

1)      Penglihatan
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلَّهٗ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَۤاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهِۦ مَنْ يَشَۤاءُ وَيُصْرِفُهٗ عَنْ مَنْ يَشَۤاءُۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصٰرِ ﴿۴۳﴾
Artinya: “Tidaklah  kamu  melihat  bahwa  Allah  mengarak  awan,  kemudian  mengumpulkan antara  (bagian-bagian)nya,  kemudian  menjadikannya  bertindih-tindih,  Maka  kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari  langit,  (yaitu)  dari  (gumpalan-gumpalan  awan  seperti)  gunung-gunung,  Maka ditimpakan-Nya  (butiran-butiran)  es  itu  kepada  siapa  yang  dikehendaki-Nya  dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. An-Nuur. 43)
2)      Pendengaran
ٱلَّذِينَ يَسْتَمِعُوْنَ ٱلْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُۥۤ ۚ أُولۤئِكَ ٱلَّذِيْنَ هَدَىٰهُمُ ٱللهُ ۖ وَأُولۤئِكَ هُمْ أُولُوا ٱلْأَلْبٰبِ ﴿۱۸﴾
Artinya: “…yang  mendengarkan  Perkataan  lalu  mengikuti  apa  yang  paling  baik  di antaranya.[13] Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar. 18)
3)      Penciuman
وَٱلْحَبُّ ذُوٱلْعَصْفِ وَٱلرَّيْحَانُ ﴿۱۲﴾
Artinya: “Dan  biji-bijian  yang  berkulit  dan  bunga-bunga  yang  harum baunya”  (QS.  ArRahman. 12)
4)      Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis dengan tiga sifat khans, yaitu:
a.       Dihayati secara subyektif
b.      Pada umumnya berkaitan dengan gejala pengenalan
c.       Dialami oleh individu dengan rasa suka atau tidak suka (Kartono, 1996:87).[14]

Persepsi dalam pandangan Islam adalah suatu proses kognitif yang dialami individu dalam memahami  informasi  baik  melalui  panca  indera,  seperti  mata  untuk  melihat,  telinga  untuk mendengar, hidung untuk penciuman, hati untuk merasakan, dan pemahaman dengan indera mata maupun pemahaman dengan hati dan akal.
  
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, yaitu proses mendeteksi sejumlah rangsang sebagai bahan informasi, tetappi diteruskan dengan proses mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsangan. Kemudian diinterpretasikan sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif individual.
Sebagaimana yang telah tertera dalam Al-Qur’an bahwa ada lima indera (panca indera) yang kesemuanya ikut berperan penting dalam proses persepsi, yaitu sebagai media penangkap rangsangan yang berasal dari luar maaupun dalam diri individu. Dengan pentingnya keberadaan persepsi, semua individu hendaknya tidak boleh salah persepsi. Sebab, kesalahan persepsi dapat diakibatkan oleh banyak faktor yang juga akan berpengaruh terhadap kepribadian diri.
Pembentukan persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya stimulus, lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi yang muncul didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari pengalaman yang telah direalisasikan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Fani, Ahmad; Fatkhan Nasrulloh; Furi Ratna Sari. 2012. Makalah Persepsi dalam Tinjauan Islam.
Icha. 2011. Psychology. http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html, diakses pada tanggal 13 September 2014.
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: CV. Mandar Maju.
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Najati, Muhammad Utsman. 2004. Psikologi dalam Perpektif Hadits, terj. Zaenuddin Abu Bakar, dkk. Jakarta: Pustaka.
Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
UIN SGD Bandung. 2012. Psikologi Islami: (Sebuah pendekatan Alternatif terhadap Teori-Teori Barat). http://www.tasawufpsikoterapi.web.id/2012/05/psikologi-islami-sebuah-pendekatan.html, diakses pada tanggal 13 September 2014.
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.




[1] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 445
[2] Rosleny Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 187
[3] J.P. Chaplin, Kamus Psikologi Lengkap, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hlm. 358
[4] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2002), hlm. 69
[5] Rosleny Marliany, Op. Cit., hlm. 192
[6] Icha, Psychology, http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html, diakses pada tanggal 13 September 2014
[7] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 113-114
[8] Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 71
[9] Ibid., hlm. 76
[10] Abdul Rahman Saleh, Op. Cit., hlm. 137
[11] Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perpektif Hadits, alih bahasa oleh Zaenuddin Abu Bakar dkk, (Jakarta: Pustaka, 2004), hlm. 135
[12] Ibid., hlm. 135
[13] Maksudnya  ialah  mereka  yang  mendengarkan  ajaran-ajaran  Al  Quran  dan  ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karen ia adalah yang paling baik.
[14] Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1996), hlm. 87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar